Postingan Populer

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan.

Latihan Kebugaran Jasmani (Kekuatan, Kecepatan,Kelenturan dan Daya Tahan )

Latihan Menggunakan Circuit Training

Faktor Pendukung Prestasi Olahraga.

Unsur pembentuk Power

Latihan Kekuatan dan Daya Tahan Anggota Badan Bagian Atas dan otot bawah

Hidroterapi,Cara Kerja & Metode Terapi Air

Bentuk Otot Binaraga dengan Weight Training

Prinsip dan Pengelompokan Usia masa Latihan dalam Olahraga

Komponen-Komponen Latihan Kecepatan



Latihan dapat efektif jika di dalamnya mengandung komponen-komponen latihan yang diperlukan secara memadai. 

Komponen-komponen latihan meliputi, volume, intensitas dan densitas. Bompa, T.O. (1990:77) menyatakan bahwa, efisiensi dari suatu kegiatan (latihan) merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume); load (beban), dan velocity (kecepatan) (intensitas); serta frekuensi penampilannya (density).

1) Volume Latihan
Volume latihan merupakan jumlah kerja yang dilakukan selama satu kali latihan atau selama fase latihan (Bompa, T.O. 1990:77). Sebagai komponen latihan, volume merupakan prasyarat yang sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi, taktik dan khususnya pada pencapaian fisik.

Bompa, T.O. (1990:77) menjelaskan bahwa, volume latihan melibatkan beberapa bagian secara integral sebagai berikut:
(1) Waktu atau jangka waktu yang dipakai dalam latihan,
(2) Jarak atau jumlah tegangan yang dapat dilakukan/diangkat per satuan waktu,
(3) Jumlah pengulangan bentuk atau elemen teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu.

Volume latihan adalah jumlah kerja secara keseluruh- an yang dinyatakan dengan satuan jarak, waktu, berat dan jumlah pengulangan bentuk latihan yang dilakukan selama satu kali latihan atau selama fase latihan. Volume beban latihan untuk program latihan lari cepat.

Menurut Bompa, (1990:317-318) adalah sebagai berikut :
(a) Intensitas rangsangan antara submaksimal dan super maksimal.
(b) Durasi (waktu) rangsangannya antara 5-20 detik.
(c) Volume totalnya antara 5-15 kali jarak kompetisi.
(d) Frekuensi rangsangannya adalah dengan diulang 5-6 kali per latihan, 2-4 kali per minggu selama fase kompetitif.

Adapun menurut Nosseck, J. (1984), secara garis besar penentuan beban latihan kecepatan adalah sebagai berikut :
(a) Intensitas kerjanya adalah sub- maksimal dan maksimal.
(b) Jarak yang ditempuh antara 30-80 meter.
(c) Volume berjumlah 10-16 peng- ulangan dalam 3-4 seri.

Dari 2 pendapat ahli tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk latihan kecepatan, yaitu dengan menempuh jarak 30-80 meter, 10-16 kali repetisi dalam 3-4 set.


2) Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan beratnya latihan dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap faal tubuh. Bompa, T.O. (1990:79) menyatakan bahwa, intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan dan kekuatan rangsangan syaraf tergantung dari beban (load), kecepatan gerakannya, variasi interval atau istirahat di antara tiap ulangannya. Load (beban) dan kecepatan (velocity) dalam melakukan gerakan merupakan komponen penting intensitas latihan.

Latihan lari cepat dapat disebut pula program latihan anaerobik. Program latihan anaerobik dilakukan dengan waktu kerja singkat, diulang- ulang dalam intensitas tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekarman (1987:58) yaitu bahwa, prinsip latihan lari cepat adalah dengan memberikan beban maksimal yang dikerjakan untuk waktu yang pendek dan diulang-ulang beberapa kali.

Jadi latihan untuk lari cepat adalah dengan intensitas tinggi. Pelaksanaan latihan kecepatan, pada tiap ulangannya dilakukan dengan kecepatan maksimal.

3) Densitas Latihan
Densitas merupakan ukuran yang menunjukkan kepadatan suatu rangsang. Bompa, T.O. (1990:91) menyatakan bahwa densitas merupakan suatu frekuensi dimana atlet dihadapkan pada sejumlah rangsang per satuan waktu. Densitas berkaitan erat dengan frekuensi dan waktu latihan. Rasio antara frekuensi latihan dan interval istirahat menunjukkan densitas dari latihan.

Densitas latihan tinggi jika rasionya menunjukkan frekuensi banyak sedangkan waktu (durasi) latihannya pendek.

Densitas yang mencukupi dapat menjamin efisiensi latihan, menghindarkan atlet dari jangkauan keadaan kelelahan yang kritis atau bahkan sangat melelahkan. Suatu densitas latihan yang seimbang akan mengarah kepada pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan.

Dalam pelaksanaan latihan dianjurkan istirahat antara dua session latihan sedikitnya 48 jam dan sebaiknya tidak lebih dari 96 jam. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Harsono (1988:194) yang menyatakan bahwa, Istirahat antara dua session latihan sedikitnya 48 jam, dan sebaiknya tidak lebih dari 96 jam.

Dengan demikian sebaiknya latihan dilakukan 3 kali seminggu dan diselingi dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasikan diri pada hari istirahat.

KLIK Hubungi Admin