Cedera Olah Raga adalah cedera pada sistem otot dan rangka tubuh yang
disebabkan oleh kegiatan olah raga.
Cedera olah raga yang sering terjadi adalah:
- Patah tulang karena tekanan
- Shin splints
- Tendinitis
- Lutut pelari
- Cedera urat lutut
- Punggung altit angkat besi
- Sikut petenis
- Cedera kepala
- Cedera kaki.
PENYEBAB
Cedera olah raga disebabkan oleh:
- metode latihan yang salah
- kelainan struktural yang menekan bagian tubuh tertentu lebih banyak daripada
bagian tubuh
lainnya
- kelemahan pada otot, tendon dan ligamen.
Kebanyakan cedera ini disebabkan oleh penggunaan jangka panjang, dimana terjadi
pergerakan berulang yang menekan jaringan yang peka.
Metode Latihan Yang Salah.
Metode latihan yang salah merupakan penyebab paling sering dari cedera pada
otot dan sendi. Penderita tidak memberikan waktu pemulihan yang cukup setelah
melakukan olah raga atau tidak berhenti berlatih ketika timbul nyeri.
Setiap kali otot tertekan oleh aktivitas yang intensif, beberapa otot mengalami
cedera dan otot yang lainnya menggunakan cadangan energinya yang tersimpan
sebagai glikogen karbohidrat.
Penyembuhan serat-serat otot dan penggantian glikogen memerlukan waktu lebih
dari 2 hari.
Sebagian besar program olah raga diselenggarakan secara bergantian; hari ini
melakukan latihan berat, hari berikutnya beristirahat atau melakukan latihan
ringan.
Hanya perenang yang bisa melakukan latihan yang berat dan ringan setiap hari
tanpa mengalami cedera. Kemungkinan daya ampung dari air membantu melindungi
otot dan sendi para perenang.
Kelainan Struktural.
Kelainan struktural bisa menyebabkan seseorang lebih peka terhadap cedera olah
raga karena adanya tekanan yang tidak semestinya pada bagian tubuh tertentu.
Misalnya, jika panjang kedua tungkai tidak sama, maka pinggul dan lutut pada
tungkai yang lebih panjang akan mendapatkan tekanan yang lebih besar.
Faktor biokimia yang menyebabkan cedera kaki, tungkai dan pinggul adalah
pronasi (pemutaran kaki ke dalam setelah menyentuh tanah).
Pronasi sampai derajat tertentu adalah normal dan mencegah cedera dengan cara
membantu menyalurkan kekuatan menghentak ke seluruh kaki.
Pronasi yang berlebihan bisa menyebabkan nyeri pada kaki, lutut dan tungkai.
Pergelangan kaki sangat lentur sehingga ketika berjalan atau berlari, lengkung
kaki menyentuh tanah dan kaki menjadi rata.
Jika seseorang memiliki pergelangan kaki yang kaku, maka akan terjadi
kebalikannya, yaitu pronasi yang kurang.
Kaki tampak memiliki lengkung yang sangat tinggi dan tidak dapat menyerap
goncangan dengan baik, sehingga meningkatkan resiko terjadinya retakan kecil
dalam tulang kaki dan tungkai (fraktur karena tekanan).
Kelemahan Otot, Tendon & Ligamen.
Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka
otot, tendon dan ligamen akan mengalami robekan.
Sendi lebih peka terhadap cedera jika otot dan ligamen yang menyokongnya lemah.
Tulang yang rapuh karena osteoporosis mudah mengalami patah tulang (fraktkur).
Latihan penguatan bisa membantu mencegah terjadinya cedera.
Satu-satunya cara untuk memperkuat otot adalah berlatih melawan tahanan, yang
secara bertahap kekuatannya ditambah.
GEJALA
Nyeri pertama kali muncul jika serat-serat otot atau tendon yang jumlahnya
terbatas mulai mengalami robekan.
Menghentikan latihan pada saat nyeri terjadi, akan mengurangi cedera pada
serat-serat tersebut, sehingga pemulihan lebih cepat terjadi. Jika latihan
tidak segera dihentikan, maka jumlah serat yang robek akan lebih banyak,
sehingga kerusakannya lebih luas dan penyembuhannya menjadi lebih lama.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, keterangan dari penderita mengenai
aktivitas yang dilakukannya dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan meliputi:
- CT scan
- MRI
- Artroskopi
- Elektromiografi
- Pemeriksaan dengan bantuan komputer lainnya untuk menilai fungsi otot dan
sendi.
PENGOBATAN
Pengobatan segera untuk hampir semua cedera olah raga adalah istirahat, kompres
es batu dan pengangkatan.
Bagian yang terluka segera diistirahatkan untuk meminimalkan perdarahan dalam
dan pembengkakan serta untuk mencegah bertambah parahnya cedera.
Es batu menyebabkan pembuluh darah mengkerut, membantu mengurangi peradangan
dan nyeri.
Membungkus daerah yang mengalami cedera dengan perban elastik dan mengangkatnya
sampai diatas jantung, akan membantu mengurangi pembengkakan.
Pengompresan dengan es batu dilakukan selama 10 menit. Suatu perban elastik
bisa dililitkan secara longgar di sekeliling kantong es batu.
Bagian yang mengalami cedera tetap diangkat, tetapi kompres es dilepaskan selama
10 menit, setelah itu dikompres lagi selama 10 menit. Hal ini dilakukan secara
bergantian dalam waktu 1-1,5 jam.
Tindakan diatas bisa diulang sebanyak beberapa kali selama 24 jam pertama.
Es mengurangi nyeri dan pembengkakan melalui beberapa cara.
Daerah yang mengalami cedera mengalami pembengkakan karena cairan merembes dari
dalam pembuluh darah. Dengan menyebabkan mengkerutnya pembuluh darah, maka
dingin akan mengurangi kecenderungan merembesnya cairan sehingga mengurangi
jumlah cairan dan pembengkakan di daerah yang terkena.
Menurunkan suhu kulit di sekitar daerah yang terkena bisa mengurangi nyeri dan
kejang otot.
Dingin juga akan mengurangi kerusakan jaringan karena proses seluler yang
lambat.
Pengompresan dengan es batu terlalu lama bisa merusak jaringan.
Jika suhu sangat rendah (sampai sekitar 15 derajat Celsius), kulit akan
memberikan reaksi sebaliknya, yaitu menyebabkan melebarkan pembuluh darah.
Kulit tampak merah, teraba hangat dan gatal, juga bisa terluka.
Efek tersebut biasanya terjadi dalam waktu 9-16 menit setelah dilakukan
pengompresan dan akan berkurang dalam waktu sekitar 4-8 menit setelah es
diangkat.
Karena itu es harus diangkat sebelum efek ini terjadi atau setelah 10 menit,
baru dikompreskan lagi 10 menit kemudian.
Penyuntikan kortikosteroid ke dalam sendi yang terluka atau jaringan di
sekitarnya bisa mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Tetapi penyuntikan ini bisa memperlambat penyembuhan, meningkatkan resiko
terjadinya kerusakan tendon dan tulang rawan dan memperburuk cedera karena
memungkinkan penderita menggunakan sendinya yang terluka sebelum sembuh total.
Terapi fisik bisa berupa pemanasan, pendinginan, listrik, gelombang suara,
penarikan (traksi) atau latihan di air, bisa dilakukan sebagai tambahan
terhadap terapi latihan.
Lamanya dilakukan terapi fisik tergantung kepada berat dan kompleksnya cedera
yang terjadi.
Aktivitas atau olah raga yang menyebabkan cedera sebaiknya dihindari sampai
cedera benar-benar sembuh.
Lebih baik mengganti jenis olah raga daripada tidak melakukan aktivitas fisik
sama sekali, karena sama sekali tidak melakukan kegiatan bisa menyebabkan otot
kehilangan massa, kekuatan dan ketahanannya.
PENCEGAHAN
Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah
terjadinya cedera.
Latihan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih
lentur dan tahan terhadap cedera.
Metode pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air
hangat, bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif tidak
menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.
Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan
dihentikan.
Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika
latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam
vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
kepala.
Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari
otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari
berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.
Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi
memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja
lebih baik.
Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan
dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan
peregangan ditahan selama 10 hitungan.
Pelapis sepatu (ortotik) seringkali dapat memperbaiki masalah kaki seperti
pronasi.
Pelapis ini sifatnya bisa lentur, agak kaku atau kaku dan panjangnya
bervariasi, disesuaikan dengan sepatu yang digunakan.
Sepatu lari yang baik memiliki:
- sudut tumit yang kaku untuk mengendalikan gerakan bagian belakang kaki
- sebuah penyangga di sepanjang pelapis untuk mencegah pronasi yang berlebihan
- sebuah lubang sepatu yang diberik bantalan untuk menyokong pergelangan kaki.
Ukuran ortotik biasanya 1 nomor lebih kecil daripada ukuran sepatu yang
digunakan.
Brain Gym ( Senam Otak )